Sepatunya kok ga datang-datang ya?
Sedikit harapan masih ada sepatu pengganti ini akan cepat datangnya tepat waktu, maklum mau dipakai dikarenakan janji yang sudah terucap ini .. Sekitar pukul 3 sore, panggilan telfon dari mas JN* pun datang dan hmmmm . .. ternyata sikiriman sepatu .. . Alhamdulillah bisa sampai dan tepat waktu, rencana esok haripun bisa dijalankan menuju Gunung Salak 😀

Before and after :D
Before and after 😀

Siapa yang tak tahu Gunung Salak, para rekan pendaki tentu sudah paham … gunung 2211 mdpl ini sempat menjadi incaran media masa beberapa waktu lalu karena kasus pesawat  Sukhoi yang menabrak gunung ini, jika kita dengar dari beberapa Ilmuwan dikatakan bahwa karena awan kabut yang menghalangi setiap apapun melewati gunung ini, sedangkan kata orang “pintar” ini karena “hal” yang hanya bisa dimengerti oleh orang “pintar” tersebut.
Nama Gunung Salak sendiri saya berpikir awalnya dari nama buah Salak, namun ternyata artinya bukan Salak buah, akan tetapi artinya adalah “perak” menurut orang sana, dipercaya melalui gunung ini para Dewa turun dahulu kala ke Bumi.

Jadii …. hari sabtu, setelah shubuh kita pun berangkat dari kosan menuju halte Sarinah sesuai dengan niat naik APTB Jalur Tenabang Ciawi, kami sedikit telat karena bis pertama jalan pukul 5 pagi. Kami baru dapat bis sekitar pukul setengah 7 pagi. Jam 8 kami sudah sampai di Ciawi disambung dengan angkot ke menuju Cicurug, sampai di pemberhentian terakhir di SPBU Cicurug, selanjutnya dilanjutkan naik angkot putih menuju terminal Cidahu, ya Cidahu jalur yang kami pilih karena paling dekat dari Jakarta. Dari ciawi ke Cidahu kami menghabiskan waktu sekitar 3 jam maksimal. Makan siang sholat dan proses tawar menawar harga ojek disana membuat kami baru bisa jalan menuju puncak pada pukul 1 siang .. Panas!

Diantar, tapi masih jalanan aspal ...
Diantar, tapi masih jalanan aspal …

Perjalanan awal kami masih ditemani dengan papasan dengan beberapa motor dan mobil karena memang diatas sana masih ada tempat yang dikenal dengan Javana Spa yang terkenal sebagai salah satu resort terbaik, apalagi jika sudah menyediakan helipad bagi tamu eksekutif mereka. Tapi kami tidak kesini :p
Perjalananpun dimulai,

Gasssssssssssss!
Gasssssssssssss!

kami mulai melangkahkan kaki menaiki Gunung Salak ini, tak terasa sudah Ashar saja, kami pun menyempatkan istirahat sejenak. Ada hal yang terasa cukup aneh, adalah kami baru berpapasan dengan pendaki lain(yang sudah mau turun) sekitar pukul 5 sore. Setelah 4 jam berjalan kami baru menemukan orang lain, menurut kami ini pendakian yang sangat berasa “sepi” mengingat kami hanya naik berdua saja. apalagi dengan trek record Gn. Salak yang selama ini beredar ditelinga para pendaki.
Saat berpapasan, kami sempat berbincang ringan dengan pendaki lainnya. Menurut informasi dari orang-orang yang mengaku rohis tersebut dipuncak sana ada sumber air sehingga kami berjalan dengan sangat penuh percaya diri untuk mencapai puncak. Perjalananpun kami lanjutkan kembali, hingga Maghrib datang kami masih belum mencapai puncak bayangan (puncak camp sebelum Puncak sebenarnya). Setelah maghrib ditempat yang kami sebut bivak terbaik , kamipun ngopi dan beristirahat kami sebelum kembali melanjutkan perjalanan. Tidak banyak perndaki yang “mau” berjalan pada saat malam digunung ini, salah satunya mungkin karena ini ..

AWASS!
AWASS!

Namun karena kami masih belum mendapatkan lokasi camp yang pas, kami masih memutuskan untuk naik terus hingga menemukan tempat camp yang cocok. Perjalanan setelah Maghrib cukup menegangkan, kabut tebal mengitari kami selama pendakian, jika kami berhentipun hujan turun, berjalan lagi hujan reda, ini terjadi hingga beberapa kali .. . namun kami anggap ini pertanda baik saja. Saat gelap sudah menyongsong perjalannpun tetap dilanjutkan dengan bantuan headlamp, namun headlamp saya bermasalah, mengedip redup dan mati. Sangat disayangkan jika tiada penerangan saat jalan malam. Pikiran awalpun sedikit suudzon dengan “lingkungan,” yang mungkin saja lagi iseng  .. .. . namun setelah dicek kembali ternyata sudah karatan sehingga harus dibersihkan .. Akhirnya bisa berpikiran jernih lagi
:p

Pukul 8 malam kami mencapai puncak bayangan, kami seperti orang asing yang yang tak mau disapa untuk memastikan kami “sama” dengan orang-orang disana, aneh ? Tidak sama sekali.  Kamipun menyapa para pendaki yang sudah camp duluan dengan Assalamualaikum, wajah merekapun serasa kembali berseri mendengar sapaan doa dari kami. 😀
Seteleah beristiraha sejenak. camppun kami sandingkan didaerah puncak bayangan ini, sambil mendirikan tendapun bincang-bincang dengan sesama pendakipun berlangsung 😀
–Skipcerita” malam
Pukul 4 kami bangun hendak melanjutkan perjalanan, namun apad aya mata berat ini baru bisa dibuka pukul setengah 5. Beberes untuk lanjut kembali dan shubuh kami baru bisa jalan pukul 5. Yap, masih gelap namun sudah tidak berkabut lagi. Dari puncak bayangan ini menuju puncak jalannya nanjak habis, bagi yang sudah pernah naik ke Gn. Gede mungkin tau ya tanjakan setan, tapi ini lebih panjang dan sedikit lebih susah treknya.

trek curam ke puncak ..
trek curam ke puncak ..

Menuju puncak ini juga melewati jalan yang hanya lebar sekitar 15cm, dengan jurang terjun bebas kiri dan kanannya .. . tapi untungny ada tali yang siap sedia membantu kita melewati jalur ini. Untuk jalur ini lebih enak dilalui malam hari atau dalam kondisi gelap, karena saat turunnya  jalan ini berasa seram karena jurangnya yang sangat dalam. u,,u
Ke puncak kami menghabiskan waktu 1 jam dari loaksi camp, puncaknya masih sangat hijau namun ada 1 bangunan seng tak sempat saya cek didalamnya apa, namun berbunyi kabar disana merupakan makam orang penting disana, ada yang bilang itu bekas orang jualan. Sayangnya saya tak sempat mengecek, maklum mengejar waktu turun dan balik Jakarta hari itu juga .. hmmm … Berfoto beberapa saat dan bikin video(nyusul diupload) untuk rekans yang tidak ikut serasa wajib dilakukan :p

Puncak yang masih rimbun dengan pepohonan ^^
Puncak yang masih rimbun dengan pepohonan ^^

Setelah sedikit berfoto ria dengan alam sekitar kami segera turun, kami berharap speed  kami turun bisa beberapa kali lebih cepat, namun tidak seperti harapan kami, kami turun jauh lebih lambat dari perkiraan kami karena kondisi jalan yang memang tak memungkinkan. Sesampainya dicamp tidak langsung srapan, kami memilih bungkus tenda dan segera turun dengan perhitungan makan dijalan saat ketemu sumber air. Ini sedikit menjadi kendala, karena kami naik hanya membawa air sekitar 3 liter yang dipakai hingga saat turun membuat kami merasa sangat dehidrasi. Setengah perjalanan turun saya sudah tidak konsentrasi, satu kali membentur batu dan satu kali menabrak kayu menjadi hadiah atas hilangnya konsentrasi. Sungguh dehidrasi itu mengganggu sekali. Sobat yang ingin mendaki gunung ini sebaik nya membawa air yang cukup, terakhir sumber air ada di 300 meter setelah pertigaan Bajuri jika kita arah naik, selepas itu tidak ada lagi sumber air seperti yang diberitakan orang-orang kecuali air hujan.
Alhamdulillah kita bertemu orang yang cukup berbaik hati menawarkan air saat sedang turunsekitar 10 menit sebelum mata ait yang kami tau , Alhamdulillah .. sungguh baik ini orang! Semoga kita bertemu lagi dilain kesempatan bros!
Dahaga lepas kami pun segera beranjak agar dapat memasak disekitar sumber air, tak lupa dengan terimakasih tentunya. Mie menjadi pilihan, disini kami bahkan tidak menyempatkan diri membuat kopi meningat waktu yang akan kami tempuh kebawah masih lumayan jauh. Selesai makan dan Dzuhur kami kembali beranjak turun, waktu sudah berada dipukul setengah 2 siang! Wau, bis kami terakhir jam 5 !
Dari sini tenaga kami sudah kembali full kembali, turun kami jadi cukup cepat mencapai pintu pendakian ..

Ujo semangat melihat pintu masuk pendakian!
Ujo semangat melihat pintu masuk pendakian!

Lega rasanya kami bisa mencapai kembali pintu awal masuk pendakian, tapi ini bukan pintu akhir, kami masih harus berjalan lagi, dijalan aspal dengan kondisi menurun terasa sangat berat bagi kaki kami ini, beruntung ada keluarga bahagia yang rela memberi tumpangan pickup saat kami turun, cukup untuk berdua saja sisa tempat dibelakang, keluarga ini ceritanya habis pergi makan siang di air terjun disana. Tak sempat kami kesana –,– Karena orang ini merupakan orang Cidahu asli, kita cuma bisa menumpang sampai dengan Desa Cidahu dilanjutkan dengan angkot hingga Cicurug dan lanjut ke Ciawi dengan angkot lagi. Pukul 16.30 kami sudah mencapai Ciawi namun disambut dengan bis menuju Tenabang sudah habis, Hikzzz …
Pilihan lain kami naik jurusan Senen, lumayan tidak terlalu jauh dari kosan. Bersyukur jalanan lancar kami sampai di Jakarta sekitar pukul 7 malam. Alhamdulillah waktunya pas, hingga bisa istirahat.
Hmmm . ..
See you guys next trip!

^-^

Gallery

This slideshow requires JavaScript.